7.21.2015

rindu rumah

Bukan rindu pulang ke rumah, karena saya selalu di rumah, nggak merantau.
Saya rindu rumah yang dulu.
Yang nggak ada bentak-bentak, yang nggak ada banyak tangis anak-anak, yang nggak ada adu argument, yang nggak ada pukul memukul.
Saya rindu nonton TV di ruang tengah bersama-sama semua anggota keluarga. Sekarang saya sudah nggak suka nonton TV karena acaranya tolol-tolol.
Saya rindu jalan-jalan dengan semua anggota keluarga, tanpa harus mengomel karena menunggu kakak saya yang leletnya minta ampun.
Saya rindu rumah yang tenang tanpa ada yang teriak-teriak, bentak-bentak, marah-marah, tangis-tangis, keluh mengeluh, rengek merengek.
Saya rindu merasa pulang ketika ada dirumah.
Saya rindu bersandar di paha ibu saya sambil nonton TV, dan kakak saya di paha ibu saya yang sebelahnya
Saya rindu bikin kue lebaran bersama ibu dan kakak-kakak ketika menjelang Idul FItri
Saya rindu masukin beras ke dalam ketupat sampai berasnya nempel-nempel di badan saya.
Saya rindu main video game di rumah bersama kakak-kakak, gantian.
Saya rindu saya yang nggak terus merasa kesal dengan kakak saya.
Saya rindu saya yang nggak bersikap sinis dirumah
Saya rindu merasa damai di rumah
Sungguh, saya rindu merasa pulang. Padahal saya nggak kemana-mana. Kemana perasaan pulang itu?

7.20.2015

masih baca?

Past is past, and it will never be the present nor the future.

Saya selalu merasa lucu kalau ada orang dari masa lalu saya yang mengungkit tentang apa yang sudah kita lewati tapi masih dengan penuh perasaan. Buat saya, masa lalu itu hanya untuk diingat, dipelajari, bahkan kadang ditertawakan . Bukan untuk dikenang lalu ditangisi, apalagi diulang.

Yang lebih lucu adalah, ketika ada orang baru di masa lalu saya yang terlampau ingin tau tentang saya yang sudah jadi masa lalu dari apa yang dia miliki sekarang. 
Mau cari apa? 
Cari bahan celaan? 
Cari celah untuk tau apakah saya masih mengharap atau tidak?  
Cari celah untuk menyindir saya ketika saya ngetwit tentang sebuah tanggal? 
As you know, what you’ve been doing is useless. 
Nggak guna. 

Saya udah punya masa depan yang baru, which is lebih realistis
 Saya nggak mau kembali ke masa lalu yang dengan penuh sadarnya saya tau bahwa nggak lebih baik dari apa yang saya punya sekarang.
 Saya udah nggak peduli dengan apa yang kalian lakukan, itu hidup kalian.

Jadi buat apa kamu masih peduli dengan apa yang saya lakukan? 
Buat apa saya harus jaga apa yang saya post for the sake of your relationship? 
I don’t care, it’s my right to post what I’m thinking.
The only one thing that you need to care about is your own life. Not mine. Not other's.

Makin saya tau kamu begitu, makin saya akan menghantui hidup kamu. Dan akan semakin benci kamu dengan saya. Padahal saya nggak ngapa-ngapain hidup kamu.

Selamat baca deh, kalo kamu masih baca.


7.14.2015

Menertawakan Masa Lalu

Lucu

Betapa saat ini gue bisa banget menertawakan masa lalu. Apapun itu. Have you?
Pernahkah lo menertawakan masa lalu lo sendiri?
Menertawakan ketika inget ada yang bilang "I Love You" ke gue pas TK
Menertawakan betapa gue suka surat-suratan curhat sama sahabat gue pas SD
Menertawakan betapa gue dulu suka banget sama seorang cowok yang jadi idola di SD
Menertawakan betapa gue dulu pake baju gede banget pas SMP
Menertawakan betapa gue dulu pacaran sama ketua kelas pas SMP, dan segala konfliknya. Even sekarang, gue dan dia bisa ngakak-ngakak ketika ngomongin masa itu.
Menertawakan saat pertama kali gue bertengkar dengan sahabat gue sendiri, yang bikin dia hampir jatoh di kamar mandi
Menertawakan betapa malunya gue pas SMP karena punya pacar tukang tawuran, ditampar guru di tengah lapangan.
Menertawakan gue dulu Drop Out dari kelas akselerasi pas SMA
Menertawakan segala kegiatan contek-mencontek dan ketauan
Menertawakan ketika punya pacar yang umurnya lebih tua 2 tahun dari gue dan gue lebih galak dari dia
Menertawakan ketika pertama kali kenalan sama temen sekelas yang kemudian punya hubungan dengan gue dari kelas 2 SMA sampai 2014
Menertawakan betapa sempitnya Kota Bogor, kesana kemari orang kenal si A atau si B
Menertawakan kegoblokan masa kuliah yang berturut-turut
Menertawakan betapa desperate-nya hidup gue sekitaran tahun 2010 - 2011
Menertawakan betapa berantakannya hidup gue ketika itu
Menertawakan betapa gue cuma jadi cadangan pas turnamen basket
Menertawakan betapa orang yang lama banget di samping gue ternyata bisa pisah gitu aja
Banyak

Betapa gue menjadi gue yang sekarang berbekal apa yang gue tertawakan sekarang itu. Manusia belajar, dari yang baik dan buruk. Dari yang benar dan salah. Dari yang tinggi dan rendah.

Masa lalu gue, 24 tahun gue ke belakang, adalah hidup terbaik yang diberi Tuhan untuk membentuk gue yang sekarang. Dan mungkin, 10 tahun kemudian, gue bisa aja menertawakan diri gue sendiri karena mengingat gue nulis post ini pas lagi nggak ada kerjaan banget, H-2 Lebaran tahun 2015 sambil dengerin lagunya Alm. Benyamin S. dan Warkop DKI.

Life is super unpredictable
You will never know when you are gonna get flying really high, or damnly sucked. 
Every moments in our life made us
Every people around our life also made us

But for now, all lI know is how to enjoy my current life
All I know is how to thank God for what I've been through 
All I know is how to get better and not rewinding the bad moments
All I know is how to be a better human, for everyone around me 


Betapa gue sudah berdamai dengan masa lalu ketika gue sudah bisa menertawakannya.